Pada zaman ini Nabi Isa A.S. akan menjadi hakim yang adil dan bijaksana bagi seluruh umat manusia berdasarkan syari’at Rasulullah SAW. Pada saat itu, Al-Qur’an dan kitab-kitab yang lain (seperti hadits dan kitab-kitab fiqih empat mazhab) sudah diporak-porandakan oleh Dajal dan pengikutnya. Akhirnya Nabi Isa A.S. bermunajat memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah Ta’ala, kemudian beliau pergi ke sungai Jaihun.
Ketika Nabi Isa A.S. dating ke sungai Jaihun, tiba-tiba ada peti keluar dari tengah sungai, kemudian Nabi Isa A.S. membawa peti tersebut. Ternyata di dalam peti tersebut berisi Al-Qur’an dan kitab-kitab karangannya Syekh Abu Qasim Al-Qusyairiy R.A. Dengan Al-Qur’an dan kitab-kitab tersebut Nabi Isa A.S. mulai menata kembali peradaban manusia berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah atau juga berdasarkan Syari’at Rasulullah SAW dengan tidak berpegangan hanya dengan satu mazhab saja, tetapi ini telah dijaga oleh Allah dari kesalahan dalam menetapkan suatu hukum.
Ketika Nabi Isa A.S. hendak menjalankan hukum pemerintahannya, tiba-tiba Malaikat Jibril dating kepada beliau untuk memberitahu tentang akan datangnya Ya’juj dan Ma’juj dan menyampaikan perintah dari Allah Ta’ala agar Nabi Isa A.S. dan kaum muslimin yang lain mengungsi ke gunung Thur. Ternyata benar, tidak begitu lama Ya’juj dan Ma’juj keluar dari sarangnya (tempat mereka ditahan). Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj ini bagaikan keluarnya semut dari lubang. Dari sinilah permukaan bumi ini mengalami kerusakan total akibat ulah Ya’juj dan Ma’juj.
Nanti pada zamannya Nabi Isa A.S. rakyat mutlak dibebaskan dari membayar pajak. Hal ini berbeda dengan pendapat Qadli Yalil. Mana pendapat yang benar? Wallahu A’lam. Dan pada saat itu tidak ada babi atau celeng berkeliaran dengan bebas, apabila ada babi atau celeng yang berkeliaran tentu akan dibunuh oleh pemerintahan Nabi Isa A.S. Karena babi atau celeng itu merupakan makanan kesukaan orang kafir, dan haram dimakan oleh orang Islam. Walhasil, setiap perkara yang sudah jelas haramnya menurut nash Al-Qur’an pasti dilenyapkan oleh Nabi Isa A.S. Tindakan demikian ini untuk memberi pengertian kepada orang kafir, bahwa apa yang mereka makan itu adalah haram dan batil.
Menurut pendapat yang terpilih Madzhab Syafi’I dan Madzhab Jumhur tentang wajibnya membunuh babi dan celeng setelah mampu, meskipun di negeri orang kafir. Hal ini juga telah dijelaskan oleh Imam Nawawi Al-Bantani dalam Syarah Muslim. Pendapat ini sekaligus menyalahkan dan menentang pendapat yang memperbolehkan memelihara babi dan celeng di negeri orang kafir dengan qayyid, asal tidak ada yang makan.
Pada zaman Nabi Isa A.S. nanti tidak ada bedanya dengan zamannya Imam Mahdi, tidak ada agama selain agama Islam., tidak ada yang disembah selain Allah SWT. Orang yang jahat telah mati, fitnah telah lenyap, kemungkaran telah sirna, tidak ada penyakit menular, tidak ada pelacuran, tidak ada barang riba, tidak ada orang yang bertengkar, tidak ada orang yang saling bermusuhan. Semua orang merasa damai, aman, senang dan tentram, baik yang ada di daratan maupun yang ada di lautan, semuanya senang bersaudara, senang bekerja sama dan tolong menolong, tidak ada orang melarat, tidak ada zakat, tidak ada orang yang minum-minuman keras. Sehingga tidak ada kemaksiatan.
Di zaman Nabi Isa A.S. seluruh penduduk langit, penduduk bumi, ikan di lautan, binatang di hutan, semuanya ridha dan patuh terhadap perintah Nabi Isa A.S. Sehingga harimau bias berkumpul dengan kambing, kucing bias hidup rukun bersama tikus, ular berkumpul dengan katak, bahkan anak-anak kecil bermain dengan kalajengking, kelabang dan ular tidak khawatir digigit. Bumi pun menjadi subur mengeluarkan segala macam tetumbuhan yang memberikan banyak berkah, kembali seperti keadaan zaman Nabi Adam A.S. Karena berkahnya tanaman, sampai-sampai anggur satu ikat tidak habis dimakan orang sepuluh. Begitu juga sebuah delima tidak habis dimakan orang sepuluh, sehingga sisanya lebih banyak dari pada yang dimakan.
Cahaya Islam bersinar terang dimana-mana, semangat beribadah senantiasa berkobar di hati kaum muslimin, sehingga pada zaman itu disebut zaman keemasan bagi kaum muslim. Angin Shaba (angina rahmat) senantiasa meniupkan hawa sejuk yang sangat nikmat. Sampai-sampai ada orang melihat mayat berkata : “Alangkah baiknya kamu hidup lagi untuk merasakan senangnya hidup ini.”
Suasana ketentraman, kedamaian dan kebahagiaan umat manusia pada waktu itu lamanya sampai kira-kira 70 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar